PAPUA BERSUARA DENGAN AIR MATA:
.

Media Papua Online

Latest Post

Aku merindukan mu Ayah

Senin, 25 Januari 2016 | 0 komentar





"Aku Merindukan Mu Ayah"

Ayah : H. Yatipai

Ayah..
Kini ku rasakan hidup tanpamu
Aku sepi hidup tanpa mu
Namun ini harus ku jalani
Walau terasa sangat berat ku jalani

Ayah...
Terima kasih atas semuanya
Semua kasih sayang yang kau curahkan
Semua pengorbanan yang kau lakukan

Ayah...
Kini aku merindukanmu
Merindukan saat-saat bersamamu
Merindukan kasih sayang darimu

Ayah...
Ingin rasanya aku berjumpa denganmu
Walau hanya dalam mimpiku
Walau hanya memandang wajahmu

Saat ku butuh ayah
Saat ku rindu ayah
Hanya selembar foto peninggalmu
Yang dapat mengobati rasa rinduku

Tuhan..
Sungguh aku tak pernah rela kehilangan dia
Namun aku sadar semua ini milikimu
Dan akan kembali kepadamu

Tuhan...
Jagalah dia selalu
Bahagiakan dia di sisimu
Karena dia adalah ayah terbaikku

Selamat jalan ayah
Semoga engkau bahagia di sisi-Nya
Semoga kita dapat berkumpul lagi di dalam surga-Nya
Nantilah aku ayah...

Aku sangat merindukanmu ayah...

Continue Reading

Strategi RI gabung asosiasi negara Pasifik demi hambat Papua merdeka

Senin, 11 Januari 2016 | 0 komentar

Bendera-Bendera Melanesia
Merdeka.com - Di negara-negara kepulauan kecil kawasan Samudera Pasifik berpenduduk mayoritas ras Melanesia, tersimpan kekuatan besar mendorong kemerdekaan Papua dari Republik Indonesia. Negara yang namanya kurang akrab buat penduduk di Tanah Air, contohnya Vanuatu, secara tegas mendukung kemerdekaan Papua Barat.
Pada 4 Maret 2014, Perdana Menteri Vanuatu Moana Carcasses Katokai Kalosil di hadapan Sidang Tingkat Tinggi HAM PBB ke-25, mendesak komunitas internasional mendukung kemerdekaan rakyat Papua yang kini sebatas menjadi rakyat dua provinsi di Indonesia.
Bagi kebanyakan penduduk Indonesia di wilayah Barat yang lebih sejahtera, wacana kemerdekaan Papua selalu dianggap makar. Namun penduduk negara-negara Pasifik yang sama-sama bangsa Melanesia, meyakini rakyat Papua selama hampir 50 tahun ditindas oleh rezim Jakarta. Marak pula kampanye bahwa Pepera 1969 yang membuat Papua menjadi provinsi ke-26 RI penuh manipulasi.
Mengingat semua fakta itu, akhir Juni lalu pemerintah RI melakukan manuver politik mengejutkan. Yakni bergabung dengan Komunitas Negara Melanesia (MSG). Organisasi ini terdiri atas Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Vanuatu, serta Kaledonia Baru.
Selain negara-negara itu, di MSG bercokol United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) sebagai peninjau. ULMWP adalah lembaga swadaya yang secara tegas memperjuangkan kemerdekaan dua provinsi Papua yang berada di bawah kendali Jakarta.
Kementerian Luar Negeri secara implisit mengakui langkah bergabung dengan MSG, merupakan strategi menghambat wacana dukungan bagi Papua merdeka di kalangan negara-negara sekitar Pasifik.
Juru bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir dua hari lalu, menyatakan diterimanya RI sebagai anggota MSG menandakan akan ada stabilitas politik di Papua. Indonesia pun disebutnya berkepentingan masuk MSG, karena ada 11 juta WNI dari ras Melanesia, seperti di Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan NTT.
Lebih dari itu, dalam statuta MSG tertulis organisasi ini tidak akan ikut campur dengan masalah internal negara anggotanya. "Pernyataan jelas, bahwa mereka menghormati kadaulatan RI terhadap Papua," kata jubir yang akrab disapa Tata itu.
Selain manfaat politik, melibatkan diri dalam organisasi negara Melanesia bisa menggenjot perekonomian. Tata optimis ketika kawasan Papua dan sekitarnya semakin sejahtera, maka semua pihak akan memperoleh keuntungan. Salah satu kerja sama konkret yang akan dilakukan segera adalah menjual listrik dari Indonesia ke Papua Nugini.
"Kita bisa meningkatkan konektivitas dengan negara di Pasifik, lalu kita juga bisa buka akses lebih besar dengan negara-negara di timur Indonesia," ungkapnya.

Keputusan menerima Indonesia menjadi anggota MSG diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill. Dia menyatakan membahas isu tersebut secara kolektif bersama negara anggota lainnya, mengingat Indonesia dapat memberi manfaat ekonomi bagi negara-negara kawasan Pasifik.
"Kami menantikan pembicaraan yang lebih mendalam dengan Indonesia, dalam semangat kekeluargaan regional," kata O'Neill seperti dilansir Solomon Star (27/6).
Disebut-sebut, Indonesia dan ULMWP bersamaan mengajukan permintaan menjadi anggota kepada MSG. Tapi pada akhirnya,

Sumber :  http://www.merdeka.com/
Continue Reading

Iran Ancam Indonesia tak Ikut-Ikutan Terlibat "Perang Kedutaan " denga Iran

Minggu, 10 Januari 2016 | 0 komentar

TEHERAN (atjehcyber) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Hossein Jaber-Ansari memperingatkan, pihaknya meminta Indonesia dan sejumlah negara Islam lainnya tidak ikut terlibat dalam "perang kedutaan" yang dilancarkan Arab Saudi.
"Beberapa negara Islam seperti Indonesia, Turki, dan Pakistan sebaiknya tidak memasuki "perang kedutaan" dengan Iran," kata Ansari dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir IRNA pada Minggu (10/1).

"Perang kedutaan" yang dimaksud Ansari adalah kebijakan Saudi yang memutus hubungan dengan Iran, dan menempatkan tekanan pada negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama.

Beberapa negara seperti Kuwait dikabarkan mengikuti langkah Saudi, dengan menarik pewarkilan mereka dari Teheran.


Dirinya menuturkan tidak ada keuntungan bagi mereka yang terlibat dalam "perang kedutaan" dengan Iran. Hal ini dikarenakan, Saudi sedang mengalami masalah interim, dimana para penguasa Suadi mulai dihantam krisis ekonomi, dan politik.

"Kami mendesak House of Saud untuk siap menerima realitas dalam negeri mereka, di wilayah, dan di seluruh dunia dan menghentikan kebijakan destruktif dan perang yang telah mempengaruhi citra mereka," sambungnya. */irna

Continue Reading

Tentang Sebutan “Pace Mace”, Pergeseran Makna, Dan Kebanggaan

| 0 komentar

HarianPapua.com – Bagi orang asli Papua istilah atau sebutan Pace Mace sudah sangat familiar dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kecuali saat menyebut nama, dua kata ini tidak asing di telinga kita karena hampir setiap hari digunakan sebagai panggilan untuk Pria dan Wanita Papua.
Meski terus digunakan dari waktu ke waktu, ternyata cukup sulit untuk menemukan data valid tentang dari mana asal muasal kata Pace dan Mace ini. Beberapa sumber yang ditemukan HarianPapua.com lewat pencarian singkat di internet, yang tentunya kebenarannya masih harus diuji lagi, menuliskan Pace Mace berasal dari bahasa Fak-fak yang berarti sebutan untuk Om dan Tante.
Sumber lainnya, masih di pencarian yang sama, justru memberi ruang lebih luas dengan menyebut panggilan Pace Mace dapat digunakan untuk memanggil orang yang lebih tua dari umur kita. Ini artinya dua kata tersebut tidak hanya terbatas di panggilan Om dan Tante.
So apapun itu, yang pasti masyarakat Papua mempercayai dua kata tersebut merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang yang tetap eksis untuk digunakan saat ini sebagai budaya asli Papua.
Jika merujuk kembali ke sumber di atas, tentunya kita tak perlu heran karena pada kenyataanya panggilan Pace dan Mace ini memang lebih banyak dipakai, diucapkan, dan ditujukan untuk mereka yang berusia lebih dari 20 tahun. Panggilan ini sama maknanya dengan panggilan Mas Mbak nya orang Jawa.
Bedanya Pace dan Mace masih bisa digunakan untuk memanggil orang Papua yang usianya lebih dari 40 tahun. Sementara di Jawa, Mas dan Mbak sudah tidak berlaku lagi ketika seseorang memasuki usia tersebut, kecuali yang memanggilnya adalah pasangan sendiri atau saudara kandung, boleh-boleh saja.
Penggeseran Makna dan Kebanggaan
Di Papua, tariklah 20 atau 30 tahun ke belakang, bahkan tidak semua orang asli Papua suka dipanggil Pace atau Mace. Alasan penolakan yaitu bagi yang usianya masih muda, panggilan tersebut seperti menganggap mereka jauh lebih tua.
Panggilan Pace dan Mace kala itu juga belum sepopuler sekarang yang penyebarannya sangat cepat menyesuaikan perkembangan teknologi informasi, sehingga dalam penggunaannya beberapa orang masih canggung, malu-malu dan tidak percaya diri.
Namun ibarat pepatah, Lain Batu, Lain Karang, Lain Dulu, Lain Sekarang, situasi kini telah berbeda. Sebutan Pace dan Mace yang dulunya hanya digunakan dan ditujukan untuk para orang tua kini telah bergeser makna. Anak-anak di usia 15-25 tahun pun oleh teman sebayanya telah menggunakan Pace dan Mace sebagai panggilan.
Panggilan ini bukan berarti menganggap temannya lebih tua, bukan juga untuk menyindir temannya lewat sebutan tersebut, tapi lebih kepada kenyamanan dan keakraban yang sudah mulai tumbuh dalam penggunaan dua kata itu.
Pace dan Mace juga kini sudah seperti identitas. Tidak hanya orang asli Papua, mereka yang juga berasal dari suku pendatang namun sudah tinggal lama di Papua selalu bangga dan senang ketika: Dipanggil dan memanggil dengan sebutan Pace dan Mace.
Bahkan ketika mereka telah pulang ke kampung halamannya masing-masing, atau sedang merantau, lalu bertemu dengan teman lamanya di Papua, entah temannya orang Papua atau bukan, mereka tak segan dan bangga untuk menyapanya dengan panggilan Pace atau Mace.

Sumber :  http://www.harianpapua.com/
Continue Reading

Tanggal 1 Desember, Momen ‘Rekayasa’ Penambahan Prajurit Di Papua

Minggu, 29 November 2015 | 0 komentar

Hari Kemerdekaan Papua menimbulkan banyak pro dan kontra dari berbagai elemen yang berada di Negara Indonesia maupun Pemerintah Provinsi Papua.
Mendekatnya tanggal 1 Desember yang dianggap sebagai
Benar, tanggal 1 Desember memang selalu dianggap sebagai tanggal yang berbahaya dan mencekam di tanah Papua sehingga pada tanggal tersebut selalu terjadi penambahan prajurit militer di tanah Papua dengan ‘alasan’ untuk memperkuat sisi keamanan.
Mencermati beberapa dinamika politik jelang tanggal keramat tersebut, Yan Christian Wainussy, salah satu Human Rights Defender di tanah Papua menilai bahwa hal-hal tersebut hanyalah rekayasa pemerintah (Baik pusat maupun Pemda) saja.
“Pemerintah dan institusi keamanan Negara di Jakarta dan Tanah Papua diminta untuk tidak merekayasa dan atau memanipulasi tanggal 1 Desember sebagai saat-saat yang sangat mencekam dan mengkuatirkan bagi semua warga masyarakat yang berada di tanah Papua” katanya seperti yang diberitakan via Suarapapua.com.
Pengerahan personil Polri maupun TNI dalam skala jumlah yang besar juga perlu dipertanyakan dalam mengantisipasi tanggal 1 Desember tersebut.
“Hal itu berdasarkan pengalaman dari tahun ke tahun. Jelang tanggal 1 Desember selalu ada saja pejabat pernyataan dari sejumlah pejabat kepolisian yang mengatakan bahwa telah dipersiapkan personil keamanan dalam jumlah yang cukup besar” terangnya.
Penambahan personil untuk ‘rekayasa’ pengamanan dikatakan Yan bahwa akan turut berimbas kepada sistem ekonomi pemerintah daerah karena sebagian dana akan disalurkan untuk upaya keamanan tersebut.

Sumber :  http://www.harianpapua.com/
Continue Reading

“HAI TANAH KU PAPUA”

Jumat, 27 November 2015 | 0 komentar



“HAI TANAH KU PAPUA”
Hai Tanahku Papua
Kau Tanah Lahirku,
Ku Kasihi Akan Dikau,
Sehinga Adjalku,

Ku Kasihi Pasir Putih,                               
Dipantaimu Senang
Dimana Lautan Biru,
Berkilat Dalam T’rang,

Kukasihi Bunyi Ombak,
Yang Pukul Pantaimu,
Nyanyian Yang Selalu,
Senangkan Hatiku<

Kukasihi Gunung – Gunung,
Besar,Mulialah,
Dan Awan yang Melayang ,
Keliling Puncaknya,

Kukasihi Hutan-Hutan,
Selimut Tanahku,
Ku Suka Mengembara,
Dibawah Nauganmu,

Kukasih Engkau Tanah,
Yang Dengan Buahmu,
Membayar Kerajinan,
Dan Pekerjaanku

Syukur Bagimu Tuhan:
Kau Brikan Tanahku,
B’ri Aku Rajin Juga,
Sampaikan Maksudmu.
 
                                              


                                                       By.  Mc.Yatipai_Bonfasius
                                                               Forom Timika West Papua
Continue Reading

Warga Papua Cuma Bisa Menonton Freeport Keruk Emas Selama 40 Tahun

Minggu, 25 Oktober 2015 | 0 komentar

 

Mil 74 Tempat Produksi Emas Tem bagapura apua
Anggota DPD RI dari Papua Charles Simaremare menyebutkan, sekira 40 tahun sudah rakyat Papua hanya menjadi penonton setia PT Freeport Indonesia (PTFI) mengeruk sumber daya alam (SDA) yang berada di Papua.

Dia menyebutkan, sudah sekitar 40 tahunan Freeport Indonesia mengeruk mineral yang berada di Papua, seperti emas. Namun, baru beberapa tahun belakangan ini Freeport melibatkan masyarakat Papua bekerja di tambang perusahaan Amerika Serikat (AS) ini.

“Selama ini, berarti ada kejahatan yang dilakukan perusahaan yang belum terungkap, karena 40 tahun lebih rakyat Papua hanya jadi penonton, akhir-akhir ini saja ada 30 persen rakyat papua bekerja di sana,” kata Charles di Restoran Nyonya Dua Cikini, Jakarta, Minggu (25/10/2015).

Charles melanjutkan, 30 persen masyarakat Papua yang bekerja di Freeport Indonesia juga merupakan desakan pemerintah untuk memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar wilayah kerja pertambangan Freeport Indonesia.

Selain itu, kata Charles, sulit berkembangannya wilayah Papua dan tidak meningkatnya kesejahteraan masyarakat Papua dari awal Freeport Indonesia berdiri, lantaran tidak adanya sumbangsih Freeport Indonesia kepada pemerintah daerah Papua sendiri.

“Kami melihat disampaikan 35 persen pajak badan di setorkan ke pemerintah Indonesia bukan ke Papua, karena kantor Freeport bukan di Papua tapi di Jakarta, makanya kami minta kantornya pindah ke Timika agar pajak badan itu masuk untuk membangun daerah,” tambahnya.

Dengan demikian, Charles menilai, pemerintah Indonesia telah tersandera oleh izin atau kontrak Freeport Indonesia. Terlebih lagi, akses orang lain untuk masuk wilayah pertambangan Freeport di Papua pun sangat terbatas.

“Seperti kejadian kecelakaan 20 karyawan yang tertimbun longsor tidak ada aparat kita yang bisa menyelidiki, ini ada apa, ini kan wilayah NKRI, mestinya harus diusut tuntas, sampai meninggal begitu banyak kok tidak bisa masuk,” tandasnya.

Continue Reading

ULMWP Bersama Tiga Organisasi Perjuangan Gelar Ibadah Syukuran Sambut Hasil PIF

| 0 komentar


Tim Kerja ULMWP sedang memberikan sambutan (Foto: Ist).
 JAYAPURA, SUARAPAPUA.com --- United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), bersama tiga komponen gerakan, yakni, Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB), Parlemen Nasional Papua Barat (PNWP) dan West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL), pada Selasa (22/9/2015), sekitar pukul 14.00 WP, gelar ibadah syukuran.
Beberapa pimpinan organisasi mahasiswa juga tampak hadir bersama seluruh komponen rakyat Bangsa Papua Barat yang merindukan sebuah kebebasan politik, pasca pertemuan di Port Moresby, Papua Nugini, 7-11 September 2015 lalu.

Dalam pertemuan 16 negara anggota PIF, saat itu para pemimpin Negara Pasifik menyoroti pelanggaran HAM yang terjadi di Tanah Papua, dan berencana mengirimkan tim pencari fakta ke West Papua.

Ev. Nur Yarinap, dalam renungan singkatnya mengajak semua pejuang Papua untuk bersatu tanpa rasa takut kepada siapa pun untuk terus berjuang menyelamatkan umat Tuhan di Tanah Papua.

Lebih lanjut, Ev. Yarinap juga mengajak semua pejuang untuk bersatu dalam ULMWP, dalam perjuangan menuju pembebasan nasional bangsa Papua Barat.

Sementara itu, salah satu anggota tim kerja ULMWP dalam negeri, Victor F Yeimo mengatakan, ada kemajuan politik yang sangat luar biasa usai deklarasi Saralana dicetuskan akhir tahun 2014 lalu.

“Kemajuan itu yakni kita bisa ajukan aplikasi ke Melanesia Spearhead Group (MSG) pada Februari 2015, dan diterima sebagai observer, dan kita juga terus melakukan lobi-lobi di beberapa negara Pasifik dan kini masalah Papua dibahas dalam PIF,” kata Yeimo, yang juga Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB).

“Sekalipun Indonesia membangun diplomasi suap terhadap pemimpin negara-negara Pasifik sebesar 20ribu kina untuk menggagalkan isu West Papua, tetapi atas pertolongan Tuhan, isu West Papua berhasil dibahas dalam pertemuan PIF,” tegasnya.

Sementara itu, perwakilan NRFPB, Ev. Edison Waromi mengatakan, rakyat Papua patut bersyukur kepada Tuhan karena ada tanda heran besar yang terjadi dalam perjuangan setelah adanya persatuan.

“Tanda heran yang pertama terjadi di Solomon Island, dimana diterima sebagai observer di MSG, sekalipun Indonesia berusaha menggagalkan kita, dan tanda heran kedua isu Papua dapat dibahas dalam forum PIF,” tegas Waromi.

Menurut Waromi, saat ini rakyat Papua harus berdoa sambil bekerja, dengan mempersiapkan kekuatan rakyat menyambut kedatangan tim pencari fakta di Papua Barat.

Sementara itu, perwakilan PNWP, Eliaser Anggainggom dalam sambutannya mengajak seluruh rakyat West Papua untuk terus berjuang, sebab ULMWP dan tiga komponen perjuangan hanya sebuah alat politik.

“Perjuangan dalam negeri harus semakin ditingkatkan, karena rakyat West Papua yang mau merdeka ada dalam negeri,” tegasnya.

Sementara itu, Baguma Yarinap mewakili WPNCL mengajak semua organisasi gerakan dan tiga komponen gerakan untuk untuk terus bersatu dalam wadah ULMWP mengawal proses dan persatuan yang telah dibangun.

“Indonesia saat ini sedang kerja kersa untuk mematahkan perjuangan kita yang sedang berjalan melalui ULMWP, karena itu kita semua harus mengawal ULMWP kedepannya,” tegas Yarinap.

Sementara itu, perwakilan pemuda dan Mahasiswa, Samuel Womsiwor dari Gerakan Mahasiswa, Pemuda dan Rakyat (GempaR), mengatakan, organisasi pemuda dan mahasiswa siap mengawal semua usaha ULMWP menuju pembebasan nasional bangsa Papua Barat.

“Pada intinya kami akan terus berjuang di lapangan demi rakyat West Papua, juga memperkuat ULMWP sebagai wadah penyatuan semuah gerakan politik di Tanah Papua,” ujar Womsiwor.

Ibadah syukuran dengan tema: “Persatuan dan Kebenaran Membuka Jalan Yang Mustahil Dilalui” yang digelar Dewan Komite dalam negeri ULMWP ini kemudian diakhiri sekitar pukul 17.30 WP, dan dilanjutkan dengan acara makan bersama.

Sumber: http://www.suarapapua.com/
Continue Reading
 
Support : Majalah Cendrawasih | Mc Papuan | Bersuara dengan Air Mata
Copyright © 2014. Majalah Cendrawasih - By Mcpapuan

Proudly powered by Majalah Cendrawasih