Ilustrasi Kekerasan Afrika Selatan-(mc) |
Kerusuhan tersebut meletus setelah seorang tukang ojek yang merupakan Muslim, dibunuh karena alasan yang tidak diketahui, kata warga sehingga memicu bentrokan di lingkungan Bangui mayoritas Muslim atau dikenal sebagai PK-5. Sebagian besar korban mengalami luka tembak, menurut sumber rumah sakit.
Dalam menanggapi penembakan tersebut, pasukan penjaga perdamaian PBB dan tentara Prancis mengambil alih posisi-posisi di distrik yang merupakan pusat dari pertumpahan darah antara warga Kristen dan Muslim di Bangui antara kurun waktu 2013-2014.
Republik Afrika Tengah rusuh setelah kudeta 2013 yang menggulingkan pemimpin lama Francois Bozize, dan negara miskin tersebut tetap menjadi mangsa kekerasan antara pemberontak Muslim Ska dan milisi Kristen “anti-Balaka” .
Pemerintah transisi mengutuk pertumpahan darah tersebut dengan mengatakan “kekerasan tidak berguna datang ketika Afrika Tengah pada umumnya dan khususnya kota Bangui merindukan terjadinya perdamaian dan keamanan”.
Walaupun tingkat kekerasan telah turun secara signifikan di Afrika Tengah sejak tahun lalu, negara ini masih memiliki tingkat kejahatan yang tinggi didorong sebagian oleh akses mudah mendapatkan senjata-senjata yang tersisa dari konflik sektarian.(B.Y)